Di balik manis pahitnya segala peristiwa, pasti ada hal berharga. Selain kekalahan pahit yang membuat peluang meraih runner-up LSI semakin kecil, apa yang bisa dipetik Persib dari kehancuran 0-2 di Stadion Surajaya Lamongan kemarin?
Kesadaran. Ya, kekalahan di Lamongan seharusnya bisa memberikan Persib sedikit kesadaran akan potensi para pemain binaan mereka sendiri. Kesadaran agar jangan kembali menyiakan mereka untuk kembali terbuang dan bersinar di klub lain.
Dalam laga itu, ada dua pemain yang dianggap tampil memuaskan oleh pelatih Persib maupun Persela. Kedua pemain itu adalah pemain lokal hasil tempaan "Pangeran Biru". Dua orang itu adalah penyerang Persela Dicky Firasat dan libero muda Persib Wildansyah.
Pelatih Persib Jaya Hartono menilai, Wildansyah adalah libero masa depan bagi Persib. Sangat prospektif dengan segenap talenta yang amat berharga sebagai pemain belakang.
"Meskipun masih muda, Wildan sangat tenang. Dia memiliki intercept yang bagus untuk mematahkan serang lawan. Hanya, jam terbangnya saja yang masih kurang. Jika mendapatkan frekuensi pertandingan lebih banyak, dia akan menjadi libero matang," tutur Jaya yakin.
Opini Jaya bukan tanpa sebab. Wildan memang telah memikat Jaya. Musim ini, pemain didikan Bina Pakuan itu telah mendapatkan lima kesempatan untuk tampil di lini belakang. Dua di ajang copa dan tiga di ajang LSI. Kelima penampilannya tak pernah dinilai buruk.
Buktinya, meskipun pamor Wildan kalah jauh dibandingakan Maman Abdurahman yang sudah berlabel bek tim nasional, Jaya mengambil keputusan jitu dengan memasukkannya untuk menggantikan Maman saat Persib dihajar Persela kemarin.
Defisit dua gol yang diderita "Maung Bandung" akibat aksi Dicky Firasat memang dinilai Jaya sebagai buah dari buruknya performa Maman. Keputusan Jaya benar. Setelah Wildan masuk, gawang Persib tak kebobolan lagi meskipun serangan bertubi-tubi tetap diancarkan duet Dicky-Marcio Souza.
"Saya senang, pelatih kembali memberikan kepercayaan untuk saya. Kami kebobolan dua gol karena kurang konsentrasi. Tapi bukan berarti Persib tak kebobolan karena saya masuk. Ini kerja tim," ujar Wildan.
Kepercayaan membuat Wildan bahagia. Meskipun penampilan semalam adalah penampilan pertama yang berakhir kekalahan, Wildan mengaku bangga dan semakin terpacu untuk bisa memberikan penampilan terbaik untuk Persib.
Mutiara polesan Persib yang juga bersinar malam itu adalah Dicky Firasat. Entah harus disyukuri atau tidak, justru Dicky menunjukkan kegemilangannya dengan dua gol yang menjadi biang kehancuran Persib.
Dicky mengaku senang, sekaligus sedih. Bagaimanapun, pemain asal Rancaekek itu masih memiliki ikatan batin dengan Persib, klub yang pernah dan selalu dia cintai.
"Saya sedih, tapi saya harus profesional dan membantu tim saya menang," ujar Dicky yang tak merayakan dua gol cantiknya secara berlebihan.
Pemain yang musim lalu hengkang dari Persib karena selalu dipendam di bangku cadangan itu, mengaku selalu siap untuk kembali berkostum "Pangeran Biru". Dia bahkan rela dibayar lebih murah, asalkan diberi kepercayaan penuh sebagai tombak di lini depan.
"Bagaimanapun, saya mencintai Persib. Musim depan, kalau Persib memanggil, saya pasti datang," tutur Dicky.
Keinginan Dicky mungkin terbentur karena Widodo C. Putra, pelatih Persela, mengaku akan mempertahankannya musim depan.
Namun lepas dari itu, mantapnya aksi Dicky maupun Wildansyah seharusnya menyadarkan Persib untuk memberikan kepercayaan penuh kepada potensi-potensi pemain lokal binaannya sendiri, ketimbang menghabiskan dana untuk pemain impor yang belum jelas totalitasnya.
Apa yang disuarakan para mantan bintang Persib mungkin memang benar. Persib tak pernah kekurangan talenta pemain potensial. Persoalannya, beranikah Persib memercayai dan mengandalkan mereka untuk membela panji-panji kebesaran "Maung Bandung"?
Source: http://www.pikiran-rakyat.com
Beda Kebenaran Persepsi dan Kebenaran Faktual
2 minggu yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar